Saturday, August 2, 2025

Bacaan Injil Katolik Hari Ini Kamis 7 Agustus 2025 Lengkap Renungan Harian, Hari Kamis Pekan Biasa XVIII

Must Read
Tolong Kasih Bintang Penilaian. Terima kasih.

Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.

Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.

Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.

Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Kamis 7 Agustus 2025.

Kalender Liturgi hari Kamis 7 Agustus 2025 merupakan Hari Kamis Pekan Biasa XVIII, Peringatan Sistus II, Kayetanus dengan Warna Liturgi Hijau.

Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Kamis 7 Agustus 2025:

Bacaan Pertama: Bil. 20:1-13

Berikut adalah teks yang telah dirapikan, tanpa penomoran ayat namun setiap ayat tetap dipisahkan dalam paragraf masing-masing:

Kemudian sampailah orang Israel, yakni segenap umat itu, ke padang gurun Zin, dalam bulan pertama, lalu tinggallah bangsa itu di Kadesh. Matilah Miryam di situ dan dikuburkan di situ.

Pada suatu kali, ketika tidak ada air bagi umat itu, berkumpullah mereka mengerumuni Musa dan Harun,

dan bertengkarlah bangsa itu dengan Musa, katanya: “Sekiranya kami mati binasa pada waktu saudara-saudara kami mati binasa di hadapan TUHAN!

Mengapa kamu membawa jemaah TUHAN ke padang gurun ini, supaya kami dan ternak kami mati di situ?

Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membawa kami ke tempat celaka ini, yang bukan tempat menabur, tanpa pohon ara, anggur dan delima, bahkan air minumpun tidak ada?”

Maka pergilah Musa dan Harun dari umat itu ke pintu Kemah Pertemuan, lalu sujud. Kemudian tampaklah kemuliaan TUHAN kepada mereka.

TUHAN berfirman kepada Musa:

“Ambillah tongkatmu itu dan engkau dan Harun, kakakmu, harus menyuruh umat itu berkumpul; katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya; demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi minum umat itu serta ternaknya.”

Lalu Musa mengambil tongkat itu dari hadapan TUHAN, seperti yang diperintahkan-Nya kepadanya.

Ketika Musa dan Harun telah mengumpulkan jemaah itu di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada mereka: “Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?”

Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum.

Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: “Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka.”

Itulah mata air Meriba, tempat orang Israel bertengkar dengan TUHAN dan Ia menunjukkan kekudusan-Nya di antara mereka.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm. 95:1-2,6-7,8-9

Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita.

Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.

Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita.

Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya!

Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun,

pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku.

Bacaan Injil: Mat. 16:13-23

Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?”

Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.”

Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”

Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”

Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.

Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.

Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”

Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun bahwa Ia Mesias.

Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.

Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.”

Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik Kamis 7 Agustus 2025

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

Hari ini, sabda Tuhan yang kita dengarkan membawa kita menyusuri padang gurun bersama umat Israel, dan membawa kita berdiri di hadapan Yesus, Sang Mesias, yang mengajak kita untuk mengenal-Nya lebih dalam — bukan hanya dari apa kata orang, tetapi dari pengalaman pribadi kita sendiri.

Dalam bacaan pertama dari Kitab Bilangan, kita melihat umat Israel yang telah menempuh perjalanan panjang di padang gurun. Di tengah keterbatasan dan kehausan, mereka mulai bersungut-sungut, mempersalahkan Musa dan Harun. Mereka lupa akan penyertaan Tuhan selama ini. Mereka lupa bahwa Tuhan telah membebaskan mereka dari Mesir. Yang mereka lihat hanya kekeringan dan ketakutan — bukan janji dan kesetiaan Allah. Musa, yang sudah lelah dan tertekan oleh tuntutan umat, bertindak dengan kemarahan: ia memukul batu itu, bukan karena perintah Allah, melainkan karena emosinya. Air memang keluar, tetapi Allah menegur Musa karena ia tidak memuliakan Tuhan di depan umat.

Bukankah kita juga sering berada di titik itu? Di saat hidup terasa kering, penuh tekanan, dan jalan tampak buntu, kita pun mudah mengeluh. Kita ingin solusi cepat. Kita ingin keajaiban, tapi lupa pada Iman. Kita bisa tergoda untuk bertindak dengan cara kita sendiri, bukan dengan percaya penuh pada kehendak Tuhan. Bahkan, bisa saja kita sudah “memukul batu” dengan cara kita — dengan kata-kata kasar, dengan kepahitan hati, dengan kemarahan — dan lupa bahwa Tuhan menghendaki keheningan, doa, dan ketaatan dari kita.

Namun Mazmur hari ini mengajak kita kembali kepada suara Tuhan. “Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba.” Jangan ulangi kesalahan itu. Datanglah kepada-Nya dengan pujian, syukur, dan sembah sujud. Karena Tuhan itu setia. Dialah gunung batu keselamatan kita. Dia tidak pernah berhenti memberi air kehidupan bagi kita — bahkan ketika kita gagal setia.

Dan Injil hari ini, membawa kita ke satu pertanyaan penting yang Yesus ajukan kepada murid-murid-Nya, dan juga kepada kita: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Ini bukan sekadar pertanyaan informasi, tapi undangan untuk relasi. Yesus tidak sedang mencari jawaban dari buku, melainkan dari hati. Petrus menjawab: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” — sebuah pengakuan iman yang lahir dari pengalaman pribadi berjalan bersama Yesus.

Tapi kita juga melihat hal yang menarik. Hanya beberapa saat setelah pengakuan itu, ketika Yesus menjelaskan bahwa Ia akan menderita dan wafat, Petrus langsung menolak: “Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Di sini kita melihat kontras yang sangat manusiawi. Iman dan ketakutan bisa hidup berdampingan dalam hati yang sama. Kita bisa mengakui Yesus sebagai Tuhan, tapi sulit menerima jalan salib sebagai bagian dari rencana-Nya. Kita ingin Mesias yang kuat, yang menyelamatkan tanpa penderitaan. Tapi Yesus menunjukkan kepada kita bahwa cinta sejati itu tidak lari dari penderitaan.

Yesus tidak memarahi Petrus karena peduli, tapi karena cara pikir Petrus tidak sesuai dengan kehendak Allah. Ia berkata: “Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku.” Ini peringatan bagi kita semua. Bahkan niat yang kelihatannya baik bisa menjadi sandungan kalau tidak selaras dengan kehendak Tuhan.

Saudara-saudari terkasih, hari ini kita diundang untuk memeriksa kembali: apakah kita sungguh mengenal siapa Yesus itu bagi kita? Apakah kita hanya mengenal-Nya dari cerita orang lain, atau kita sudah mengalami Dia secara pribadi dalam hidup kita — dalam doa, dalam perjuangan, dalam penderitaan, dalam sukacita?

Tuhan bukan hanya ada ketika air memancar dari batu. Ia juga ada saat kita masih haus dan belum melihat jawaban. Ia hadir dalam diamnya doa, dalam keheningan hati yang percaya. Dan Ia mengundang kita untuk mempercayai jalan-Nya, meskipun itu berarti memanggul salib.

Semoga, dalam setiap langkah hidup kita — di tengah padang gurun maupun saat pengakuan iman — kita tetap setia, lembut hati, dan percaya penuh bahwa Tuhan yang hidup berjalan bersama kita.

Amin.

Doa Penutup

Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk percaya pada-Mu di tengah kekeringan hidupku. Jangan biarkan hatiku mengeras, tapi lembutkanlah aku agar setia pada kehendak-Mu, meski jalannya sulit. Bimbing aku mengenal dan mengasihi-Mu lebih dalam setiap hari. Amin.

------

Info Viral Gabung di Channel WHATSAPP kami atau di Google News

Berlangganan Info Menarik Kami

Silahkan subscribe email anda! Jangan lewatkan, hanya artikel dan tips menarik yang akan kami kirimkan ke Anda

Latest

Gara-Gara Bendera One Piece, Simbol-Simbol Terlarang Ini Kembali Jadi Perbincangan Publik

Kalian pasti udah gak asing dong sama bendera tengkorak khas kru bajak laut Topi Jerami alias bendera One Piece?Nah,...

More Articles Like This

Favorite Post