Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Jumat 19 September 2025.
Kalender Liturgi hari Jumat 19 September 2025 merupakan Jumat Pekan Biasa XXIV, Yanuarius, Warna Liturgi Hijau
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Jumat 19 September 2025:
BACAAN PERTAMA: 1Tim. 6:2c-12
Jika tuan mereka seorang percaya, janganlah ia kurang disegani karena bersaudara dalam Kristus, melainkan hendaklah ia dilayani mereka dengan lebih baik lagi, karena tuan yang menerima berkat pelayanan mereka ialah saudara yang percaya dan yang kekasih. Ajarkanlah dan nasihatkanlah semuanya ini.
Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat—yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus—dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga, percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.
Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
MAZMUR TANGGAPAN: Mzm. 49:6-7,8-9,17-18-20
Mzm 49:6 (49-7) mereka yang percaya akan harta bendanya, dan memegahkan diri dengan banyaknya kekayaan mereka?
Mzm 49:7 (49-8) Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya
Mzm 49:8 (49-9) karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya?
Mzm 49:9 (49-10) supaya ia tetap hidup untuk seterusnya, dan tidak melihat lobang kubur.
BACAAN INJIL: Luk. 8:1-3
Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia,
dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat,
Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana, dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Jumat 19 September 2025
Hari ini kita diajak merenungkan panggilan hidup kita, bagaimana iman dan kehidupan sehari-hari saling terkait. Bacaan pertama mengingatkan kita untuk hidup sederhana dan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting. Rasul Paulus menasihati Timotius untuk mengingatkan orang-orang bahwa kekayaan duniawi bukanlah tujuan hidup, dan mereka yang mengejar harta berlebihan sering jatuh ke dalam banyak kesulitan—kerut, kekhawatiran, iri hati, konflik, bahkan kehilangan iman.
Kita hidup di dunia di mana uang dan status sering dianggap ukuran keberhasilan. Banyak orang merasa harus memiliki segalanya, menumpuk kekayaan dan menonjolkan diri. Tapi Paulus menegaskan: kita tidak membawa apa-apa ke dunia ini, dan kita juga tidak bisa membawanya keluar. Yang cukup bagi kita hanyalah kebutuhan dasar—makanan dan pakaian. Hal ini bukan sekadar ajaran moral, tetapi sebuah kenyataan hidup. Ketika kita terlalu fokus pada kekayaan atau keuntungan pribadi, kita mudah terseret oleh kecemasan, keserakahan, dan konflik. Sebaliknya, mengejar keadilan, kasih, kesabaran, kesetiaan, dan kelembutan akan membawa kita pada kehidupan yang benar-benar bermakna. Itulah perlombaan iman yang Paulus sebut: bukan lomba untuk harta atau popularitas, tetapi untuk hidup yang kekal, hidup yang penuh dengan kebaikan yang nyata.
Injil hari ini menunjukkan Yesus yang bergerak dari kota ke kota, mengajar dan memberitakan Kerajaan Allah. Di sekeliling-Nya ada murid-murid yang setia, termasuk perempuan-perempuan yang sebelumnya mengalami penderitaan, penyakit, bahkan penindasan oleh roh jahat. Mereka disembuhkan, dibebaskan, dan kemudian memilih untuk mengikuti Yesus, melayani, mendukung karya-Nya dengan kemampuan dan bahkan harta mereka sendiri. Maria Magdalena, Yohana, Susana, dan perempuan-perempuan lainnya mengajarkan kita sesuatu yang sangat penting: ketika kita mengalami kasih dan kebebasan dari Allah, hidup kita akan dipenuhi rasa syukur yang nyata, yang menggerakkan kita untuk memberi, melayani, dan berbuat baik. Kekayaan atau kemampuan yang kita miliki menjadi sarana untuk menolong dan membangun sesama, bukan sekadar untuk kepentingan diri sendiri.
Kedua bacaan ini saling melengkapi. Kita diingatkan bahwa iman bukan tentang jumlah harta atau status sosial, tetapi tentang bagaimana kita hidup dalam kasih, keadilan, dan pelayanan. Hidup sederhana, hati yang terbuka, dan kesetiaan dalam iman akan menuntun kita pada kebebasan sejati—kebebasan dari cemas, iri, dan keserakahan, serta kebebasan untuk mencintai dan melayani.
Di dunia modern ini, seringkali kita tergoda untuk mencari kepuasan instan: pekerjaan yang lebih menguntungkan, popularitas di media sosial, atau kenyamanan materi. Tetapi Yesus mengajak kita melihat lebih jauh, pada apa yang benar-benar memberi hidup: hubungan yang baik dengan Allah, perhatian pada sesama, dan keberanian untuk hidup setia pada panggilan kita. Maria Magdalena dan perempuan-perempuan lainnya menunjukkan bahwa hidup yang diberkati Allah tidak selalu terlihat gemilang menurut ukuran dunia, tetapi nyata dan menyentuh hati—hidup yang memberi, melayani, dan setia.
Marilah kita merenungkan: apa yang selama ini menjadi “akar kejahatan” dalam hidup kita? Apakah kita terlalu terpaku pada harta, pencapaian, atau pengakuan? Ataukah kita mau menempatkan iman, kasih, kesabaran, dan pelayanan sebagai prioritas? Tuhan mengundang kita untuk melatih hati, mengarahkan hidup pada hal-hal yang kekal, bukan sementara. Dan ketika kita melakukannya, kita menemukan kebahagiaan yang lebih dalam dan damai yang tidak bisa diberikan oleh dunia manapun.
Marilah kita belajar dari teladan perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus: menerima kasih-Nya, dibebaskan dari segala keterikatan, lalu mengalihkan hidup mereka untuk pelayanan dan kebaikan. Itulah hidup yang sungguh berbuah, hidup yang nyata, yang kita bisa rasakan manfaatnya di kehidupan sehari-hari. Hidup seperti itu membuat kita lebih manusiawi, lebih dekat dengan orang lain, dan lebih setia kepada panggilan Allah.
Amin.
Doa Penutup
