Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Minggu 21 September 2025.
Kalender Liturgi hari Minggu 21 September 2025 merupakan Hari Minggu Biasa XXV, Santo Mateus, Rasul dan Pengarang Injil dengan Warna Liturgi Hijau.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Minggu 21 September 2025:
Bacaan Pertama: Amos 8:4-7
Peringatan terhadap orang yang membeli orang papa karena uang.
Dengarkanlah ini, hai kamu yang menginjak-injak orang miskin, dan yang membinasakan orang sengsara di negeri ini, dan yang berpikir, “Kapan pesta bulan-bulan berlalu, supaya kita boleh menjual gandum, kapan hari Sabat berlalu, supaya kita boleh berdagang terigu, kita akan memperkecil takaran, menaikkan harga, dan menipu dengan neraca palsu;
kita akan membeli orang papa karena uang, dan membeli orang miskin karena sepasang kasut; kita akan menjual terigu tua.” Beginilah Tuhan telah bersumpah demi kebanggaan Yakub: “Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuatan mereka!”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: Mzm. 113:1-2,4-6,7-8
Ref. Pujilah, puji Allah, Tuhan yang maharahim.
Pujilah, hai hamba-hamba Tuhan, pujilah nama Tuhan! Kiranya nama Tuhan dimasyhurkan, sekarang dan selama-lamanya.
Tuhan tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit. Siapakah seperti Tuhan Allah kita, yang diam di tempat tinggi, yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi?
Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama para bangsawan, bersama dengan para bangsawan bangsanya.
Bacaan Kedua: 1 Timotius 2:1-8
Panjatkanlah permohonan untuk semua orang. Itulah yang berkenan kepada Allah, yang menghendaki agar semua orang diselamatkan.
Saudaraku yang terkasih, pertama-tama aku menasihatkan: Panjatkanlah permohonan, doa syafaat, dan ucapan syukur kepada Allah bagi semua orang, bagi pemerintah dan penguasa, agar kita dapat hidup aman dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.
Itulah yang baik dan berkenan kepada Allah. Penyelamat kita. Ia menghendaki agar semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Allah itu esa, dan esa pula Dia yang menjadi pengantara Allah dan manusia, yaitu Manusia Kristus Yesus.
Ia telah menyerahkan diri sebagai tebusan bagi semua orang: suatu kesaksian pada waktu yang tepat. Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pewarta dan rasul.
Yang kukatakan ini benar, dan aku tidak berdusta! Aku ditetapkan sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi dalam iman dan kebenaran. Oleh karena itu aku ingin, agar di mana pun kaum laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa kemarahan dan perselisihan.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Bait Pengantar Injil: 2 Korintus 8:9
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Yesus Kristus menjadi miskin sekalipun Ia kaya, supaya karena kemiskinan-Nya kamu menjadi kaya.
Bacaan Injil: Lukas 16:1-13
Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.
Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.
Jadi, jika kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan harta sejati kepadamu? Dan jika kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?
Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain; atau ia akan setia kepada yang seorang, dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada mamon.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Minggu 21 September 2025
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Bacaan hari ini mengajak kita masuk dalam permenungan yang sangat manusiawi dan dekat dengan keseharian kita. Nabi Amos dengan keras menegur orang-orang yang dengan sengaja menindas orang miskin, yang hanya melihat orang papa sebagai barang dagangan, yang rela memperkecil takaran, menaikkan harga, bahkan memperjualbelikan manusia hanya demi keuntungan. Teguran itu sebenarnya bukan hanya untuk orang Israel di zamannya, tetapi juga untuk kita di zaman sekarang. Bukankah kita masih melihat praktik ketidakadilan yang serupa? Ada orang yang mencari untung dengan menipu, ada yang menekan orang kecil demi memperkaya diri, bahkan ada yang tidak segan-segan mengorbankan sesama demi kepentingan pribadi. Tuhan dengan tegas berkata: “Aku tidak akan melupakan perbuatan mereka.” Artinya, ketidakadilan dan ketamakan manusia tidak pernah luput dari pandangan Allah.
Lalu, dalam bacaan kedua, Rasul Paulus menasihati agar kita berdoa bagi semua orang, termasuk bagi pemerintah dan para pemimpin. Mengapa? Karena doa adalah tanda bahwa kita menginginkan keselamatan, damai, dan kesejahteraan, bukan hanya untuk diri kita, tetapi juga untuk dunia. Allah menghendaki agar semua orang diselamatkan. Jadi iman kita tidak boleh sempit hanya untuk kelompok kita sendiri. Ketika kita berdoa, kita diajak untuk meluaskan hati, mendoakan orang lain, bahkan yang berbeda dengan kita, yang mungkin kita anggap sebagai lawan, sebab di mata Allah mereka pun dikasihi.
Injil hari ini menegaskan sesuatu yang sangat jelas: kita tidak bisa mengabdi kepada dua tuan, kita tidak bisa sekaligus mengabdi kepada Allah dan kepada mamon. Yesus tidak menolak harta, tidak melarang kita bekerja atau memiliki materi, tetapi Ia menegaskan bahwa harta tidak boleh menjadi tuan dalam hidup kita. Kalau hati kita sudah dikuasai oleh uang, maka perlahan kita akan kehilangan kepekaan, kita bisa menipu, melupakan keadilan, dan menindas orang lain sebagaimana yang digambarkan Nabi Amos. Tetapi jika kita setia kepada Allah, bahkan dalam hal-hal kecil, maka harta dan berkat yang kita miliki bisa dipakai untuk tujuan yang benar: untuk kebaikan, untuk berbagi, untuk membawa sukacita bagi orang lain.
Saudara-saudari, inilah tantangan iman kita di zaman ini. Dunia mengajarkan kita bahwa sukses itu diukur dari seberapa banyak kita punya, dari harta, jabatan, dan kuasa. Tetapi Yesus mengingatkan bahwa ukuran sejati bukan pada apa yang kita kumpulkan, melainkan pada siapa yang kita layani. Kalau kita setia dalam hal kecil—jujur dalam pekerjaan, adil dalam memperlakukan orang lain, murah hati dalam berbagi—maka kita sedang mengabdi kepada Allah. Namun kalau kita membiarkan diri dikuasai oleh keserakahan, kita sedang menjadikan mamon sebagai tuan hidup kita.
Maka marilah kita belajar melihat bahwa iman bukan hanya urusan doa pribadi, tetapi juga bagaimana kita bersikap di tengah kehidupan sehari-hari. Ketika kita bekerja dengan jujur, ketika kita tidak menekan yang lemah, ketika kita berdoa untuk orang lain, ketika kita menggunakan berkat yang kita miliki untuk kebaikan bersama, di situlah kita sungguh-sungguh mengabdi kepada Allah. Semoga kita mampu memilih dengan jelas siapa tuan hidup kita, dan dengan rendah hati menempatkan Allah sebagai satu-satunya pusat dari segalanya.
Amin.