Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Sabtu 6 Desember 2025.
Kalender Liturgi hari Sabtu 6 Desember 2025 merupakan Hari Sabtu Biasa Pekan I Adven, Hari Sabtu Imam, Perayaan fakultatif Santo Nikolas dari Myra Uskup dan Pengaku Iman, dengan Warna Liturgi Ungu.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Sabtu 6 Desember 2025:
Bacaan Pertama: Yes 30:19-21.23-26
Pastilah Tuhan mengasihi kalian, apabila kalian berseru-seru.
Beginilah firman Tuhan, Yang Mahakudus Allah Israel, “Hai bangsa di Sion yang mendiami Yerusalem, kalian tidak akan terus menangis.
Pastilah Tuhan akan mengasihani kalian, apabila kalian berseru-seru. Begitu mendengar teriakmu Ia akan menjawab.
Walaupun Tuhan memberi kalian roti dan air serba sedikit, namun Gurumu, tidak akan menyembunyikan diri lagi.
Kalian akan terus melihat Dia dan entah kalian menyimpang ke kanan entah ke kiri, sabda-Nya ini akan kalian dengar dari belakangmu, “Inilah jalannya, ikutilah jalan ini!”
Pada waktu Tuhan akan mencurahkan hujan bagi benih yang baru kalian taburkan di ladang, dan dari hasil tanah itu kalian akan makan roti yang lezat dan berlimpah-limpah.
Pada waktu itu ternakmu akan merumput di padang rumput yang luas. Sapi-sapi dan keledai-keledai yang mengerjakan tanah akan memakan makanan campuran yang sedap, yang sudah ditampi dan diayak.
Dari setiap gunung yang tinggi dan dari setiap bukit yang menjulang akan memancar sungai-sungai pada hari pembunuhan yang besar, apabila menara-menara runtuh.
Maka terang bulan purnama akan seperti terang matahari terik, dan terang matahari terik akan tujuh kali ganda, yaitu seperti terangnya tujuh hari, pada waktu Tuhan membalut luka umat-Nya dan menyembuhkan bekas pukulan.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: Mzm 147:1-2.3-4.5-6
Ref: Berbahagialah orang yang menanti-nantikan Tuhan!
Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji Dia. Tuhan membangun Yerusalem, Ia menghimpun orang-orang Israel yang tercerai-berai.
Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka; Ia menentukan jumlah bintang-bintang masing-masing dipanggil dengan menyebut namanya.
Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan-Nya, kebijaksanaan-Nya tak terhingga. Tuhan menegakkan kembali orang-orang yang tertindas, tetapi orang-orang fasik direndahkan-Nya ke tanah.
Bait Pengantar Injil: Yes 33:22
Inilah raja kita, Tuhan semesta alam. Ia datang membebaskan umat-Nya.
Bacaan Injil: Matius 9:35-10:1.6-8
Melihat orang banyak itu tergerak hati Yesus oleh belas kasihan.
Sekali peristiwa Yesus berkeliling ke semua kota dan desa. Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan mewartakan Injil Kerajaan Surga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.
Melihat orang banyak yang mengikuti-Nya, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.
Maka Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerjanya sedikit.
Maka mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”
Lalu Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi mereka kuasa untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan.
Yesus mengutus mereka dan berpesan, “Pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel! Pergilah dan wartakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat.
Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kalian telah memperoleh dengan cuma-cuma, maka berikanlah pula dengan cuma-cuma.Demikianlah Injil Tuhan.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Sabtu 6 Desember 2025
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, Bacaan-bacaan hari ini mengajak kita berhenti sejenak dari hiruk-pikuk hidup, lalu menatap ke dalam hati, seperti seseorang yang duduk diam di hadapan Tuhan sambil membiarkan diri disentuh oleh sabda-Nya. Dari Nabi Yesaya hingga Injil Matius, kita melihat benang merah yang sama: Tuhan tidak jauh. Tuhan tidak diam. Tuhan mendekat ketika manusia letih, terlantar, dan mencari arah.
Dalam Bacaan Pertama, Yesaya berbicara kepada bangsa yang sedang goyah—bangsa yang menangis, merasa ditinggalkan, hidup dalam kekurangan. Tetapi justru di situ Tuhan berjanji, “Begitu mendengar teriakmu Ia akan menjawab… Inilah jalannya, ikutilah jalan ini!” Kata-kata itu seperti pelukan lembut bagi siapa pun di antara kita yang sedang bingung menentukan langkah, yang mungkin menjalani hari dengan hati yang terasa kering atau jalan hidup yang terasa gelap.
Yesaya menegaskan bahwa Tuhan bukan sosok yang jauh dan misterius. Dia adalah Allah yang membalut luka umat-Nya, Allah yang hadir seperti cahaya matahari yang tujuh kali lebih terang—bukan untuk menyilaukan, tetapi untuk menghangatkan, untuk menghidupkan, untuk memulihkan.
Dan ketika kita masuk ke Injil, kita melihat janji itu menjadi nyata dalam diri Yesus. Matius menuliskan bahwa hati Yesus tergerak oleh belas kasihan. Bukan tergerak oleh prestasi orang banyak, bukan oleh kesalehan mereka, bukan oleh kesempurnaan mereka—tetapi oleh kelelahan mereka, oleh keadaan mereka yang “seperti domba tanpa gembala”.
Betapa indah gambaran itu. Yesus bukan sekadar guru; Ia adalah Gembala yang melihat lebih dalam dari wajah kita. Ia melihat beban yang kita pikul diam-diam, kelelahan yang tidak kita ceritakan kepada siapa pun, pencarian arah hidup yang kita tutupi dengan senyum. Dan hati-Nya tergerak—selalu begitu.
Namun Injil hari ini tidak berhenti pada belas kasihan Yesus. Setelah tergerak, Ia bertindak: Ia memanggil para murid dan mengutus mereka. Ia memberi mereka kuasa, tetapi juga tanggung jawab: menyembuhkan, memulihkan, menegakkan hidup.
Sering kali kita merasa bahwa hanya orang-orang khusus yang dipanggil untuk karya Tuhan. Tetapi Injil ini menunjukkan bahwa belas kasihan Allah bukan hanya sesuatu yang kita terima; itu juga sesuatu yang harus kita teruskan. Kita diutus bukan untuk melakukan hal-hal besar yang spektakuler, tetapi untuk menghadirkan kasih Tuhan dalam bentuk-bentuk kecil yang nyata—hal-hal yang ternyata justru paling dirindukan oleh banyak orang: perhatian, waktu, kepedulian, doa sederhana, kehadiran yang jujur, telinga yang mau mendengarkan.
Yesus berkata, “Kalian telah memperoleh dengan cuma-cuma, maka berikanlah pula dengan cuma-cuma.”
Bukankah itu inti kehidupan Kristiani? Kita dicintai secara cuma-cuma, maka kita pun dipanggil mencintai tanpa banyak syarat.
Saudara-saudari, Adven adalah masa penantian yang aktif—kita tidak sekadar menunggu, tetapi menyiapkan hati agar layak menjadi tempat kedatangan Tuhan. Kita menunggu sambil terus bergerak, membawa terang bagi sesama, seperti Yesus mengutus para murid-Nya.
Mungkin hari ini Anda bertemu seseorang yang lelah.
Mungkin hari ini ada keluarga yang membutuhkan kehadiran Anda.
Mungkin hari ini ada sahabat yang butuh didengarkan.
Mungkin hari ini ada orang asing yang membutuhkan senyum sederhana.
Dan mungkin—tanpa kita sadari—kita lah jawaban atas doa mereka.
Biarlah sabda hari ini mengingatkan kita: Tuhan selalu mendekat, dan Ia mengutus kita untuk melakukan hal yang sama bagi sesama. Di tengah dunia yang sering membuat manusia merasa sendirian, kita dipanggil menjadi tanda bahwa Tuhan hadir, bahwa Tuhan peduli, bahwa Tuhan melihat dan mendengar.
Semoga kita menjadi murid-murid yang setia, bukan dengan kata-kata besar, tetapi dengan tindakan-tindakan kecil yang lahir dari hati yang digerakkan oleh belas kasihan, sama seperti hati Yesus. Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau selalu memandang kami dengan belas kasihan. Ketika kami lelah, Engkau mendekat. Ketika kami kebingungan, Engkau menunjukkan jalan. Jadikanlah hati kami seperti hati-Mu—penuh belas kasih, peka terhadap sesama, dan siap diutus untuk mewartakan kasih-Mu melalui hal-hal kecil yang dapat kami lakukan hari ini. Amin.
