Saturday, August 2, 2025

Bacaan Injil Katolik Hari Ini Sabtu 9 Agustus 2025 Lengkap Renungan Harian, Hari Sabtu Pekan Biasa XVIII, Warna Liturgi Hijau

Must Read
Tolong Kasih Bintang Penilaian. Terima kasih.

Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.

Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.

Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.

Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Sabtu 9 Agustus 2025.

Kalender Liturgi hari Sabtu 9 Agustus 2025 merupakan Hari Sabtu Pekan Biasa XVIII, Peringatan Teresia Benedikta dari Salib, Warna Liturgi Hijau

Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Sabtu 9 Agustus 2025:

Bacaan Pertama: Ul. 6:4-13

Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!

Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.

Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,

haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.

Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,

dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.

Maka apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepadamu—kota-kota yang besar dan baik, yang tidak kaudirikan;

rumah-rumah, penuh berisi berbagai-bagai barang baik, yang tidak kauisi; sumur-sumur yang tidak kaugali; kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun, yang tidak kautanami—dan apabila engkau sudah makan dan menjadi kenyang,

maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan.

Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm. 18:2-3a,3bc-4,47,51ab

Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!

Terpujilah TUHAN, seruku; maka akupun selamat dari pada musuhku.

Terpujilah TUHAN, seruku; maka akupun selamat dari pada musuhku.

Tali-tali maut telah meliliti aku, dan banjir-banjir jahanam telah menimpa aku,

Allah, yang telah mengadakan pembalasan bagiku, yang telah menaklukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasaku,

Bacaan Injil: Mat. 17:14-20

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah,

katanya: “Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air.

Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya.”

Maka kata Yesus: “Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!”

Dengan keras Yesus menegor dia, lalu keluarlah setan itu dari padanya dan anak itupun sembuh seketika itu juga.

Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: “Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?”

Ia berkata kepada mereka: “Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.”

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik Sabtu 9 Agustus 2025

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

Dalam keheningan doa dan sapaan firman hari ini, kita diajak merenungkan dua hal yang sangat mendasar, tetapi juga sangat manusiawi: kasih yang setia kepada Tuhan dan iman yang tulus, meskipun kecil. Dua hal ini terasa sangat sederhana ketika diucapkan, namun tidak selalu mudah dijalani, terutama di tengah kehidupan dunia modern yang sibuk, penuh tuntutan, dan tidak jarang… membuat kita lupa arah.

Dalam bacaan pertama, kita mendengar seruan yang sudah sangat familiar, terutama bagi umat Yahudi, dan juga kita, umat Kristiani: “Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa!” Seruan ini bukan sekadar ajakan untuk mendengar dengan telinga, tapi lebih dari itu, dengarlah dengan hati, camkan dalam hidup, dan terutama: wujudkan dalam perbuatan.

Kasihilah Tuhan, bukan hanya ketika kita sedang berdoa atau di gereja. Tapi juga ketika kita mencuci piring, mengantar anak sekolah, menyapa rekan kerja, atau ketika sedang stres karena pekerjaan menumpuk. Kita diajak mengasihi Tuhan dengan seluruh keberadaan kita—hati, jiwa, dan kekuatan kita. Apa artinya ini? Artinya: kasih kepada Tuhan harus menjadi dasar dari segala tindakan kita. Bukan hanya menjadi bagian dari rutinitas keagamaan, tapi menjadi napas hidup.

Dan Tuhan tahu, manusia mudah lupa. Karena itu, Dia minta agar kita terus mengingat dan mengajarkan kasih ini, bukan hanya ke anak-anak kita secara formal, tapi juga lewat gaya hidup kita. Lewat sikap sabar kita kepada pasangan. Lewat cara kita bersyukur atas hal-hal kecil. Lewat kejujuran dalam pekerjaan, dan juga lewat kerelaan membantu sesama, bahkan ketika kita sendiri sedang lelah.

Namun, hidup tidak selalu berjalan mulus. Dalam Injil hari ini, kita melihat seorang ayah yang putus asa. Anaknya sakit parah, dan para murid Yesus pun tak mampu menolong. Sang ayah datang langsung kepada Yesus dan memohon dengan tulus: “Tuhan, kasihanilah anakku.” Ini bukan hanya permohonan penyembuhan. Ini adalah jeritan hati seorang ayah yang mencintai, yang berharap, dan yang sudah mencoba segalanya tapi tidak berhasil. Bukankah kita pun sering berada di posisi seperti itu? Ketika anak kita sakit. Ketika keuangan seret. Ketika doa kita terasa sunyi tak dijawab.

Dan Yesus merespons dengan jujur dan tajam: “Hai kamu angkatan yang tidak percaya…” Seolah-olah Yesus ingin mengguncang kesadaran kita—bukan untuk menghakimi, tapi untuk menyadarkan: bahwa kekuatan yang sejati lahir dari iman yang tulus, sekecil apapun itu.

Yesus tidak berkata, “Kamu harus punya iman yang besar seperti gunung.” Tidak. Dia berkata, “Sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja…”—itu sudah cukup untuk memindahkan gunung.

Apa artinya? Artinya, iman bukan tentang seberapa besar rasa percaya kita saat semuanya lancar. Tapi tentang ketekunan untuk percaya, meski tidak mengerti, meski belum ada jawaban, meski masih gelap. Iman itu seperti benih kecil. Ia tidak memukau, tidak tampak kuat. Tapi bila dirawat, ia tumbuh dan membawa kehidupan.

Saudara-saudari,

Hidup kita hari ini mungkin tak jauh beda dari umat Israel zaman Musa, atau ayah dalam Injil hari ini. Kita juga berjalan di “padang gurun” zaman modern: penuh godaan, pengalihan, keraguan, bahkan keputusasaan. Tapi firman Tuhan hari ini hadir seperti pelita: mengingatkan kita untuk kembali ke akar—kasih kepada Tuhan, dan iman yang sederhana tapi tulus.

Mari kita pulang dari perayaan Ekaristi hari ini dengan satu tekad: bukan untuk menjadi sempurna, tapi untuk setia. Setia mencintai Tuhan dalam hal-hal kecil. Setia mempercayakan hidup kepada-Nya walau tidak semua doa langsung terjawab. Setia menghidupi iman dalam keluarga, dalam pekerjaan, dalam pergumulan, karena kita tahu, Tuhan yang satu dan esa itu, setia pada janji-Nya.

Dan seperti pemazmur berkata, “Ya Tuhan, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku…”—biarlah Tuhan menjadi gunung tempat kita berlindung, dalam suka dan duka hidup kita.

Amin.

Doa Penutup

Tuhan, ajarilah aku mengasihi-Mu dalam hal-hal kecil setiap hari. Tambahkan imanku meski hanya sebiji sesawi, agar aku tetap setia di tengah kesibukan dan cobaan. Jadilah pelindungku, gunung batuku, dalam setiap langkah dan keputusan hidupku. Amin.

------

Info Viral Gabung di Channel WHATSAPP kami atau di Google News

Berlangganan Info Menarik Kami

Silahkan subscribe email anda! Jangan lewatkan, hanya artikel dan tips menarik yang akan kami kirimkan ke Anda

Latest

Gara-Gara Bendera One Piece, Simbol-Simbol Terlarang Ini Kembali Jadi Perbincangan Publik

Kalian pasti udah gak asing dong sama bendera tengkorak khas kru bajak laut Topi Jerami alias bendera One Piece?Nah,...

More Articles Like This

Favorite Post