Monday, September 22, 2025

Restoran Singapura Rontok Tutup Satu-Satu Dari Legenda Kuliner Sampai Warung

Must Read
Tolong Kasih Bintang Penilaian. Terima kasih.

Singapura lagi dilanda drama besar di dunia kuliner. Dalam setahun terakhir, lebih dari 3.000 restoran tutup—alias sekitar 250 tempat makan lenyap tiap bulan! Angka ini jadi yang paling parah dalam hampir 20 tahun terakhir.

Yang bikin tambah sedih, bukan cuma resto baru yang tumbang, tapi juga legenda lama. Salah satunya Ka-Soh, restoran Kanton legendaris berumur 86 tahun. Setelah puluhan tahun jadi spot favorit banyak orang, mereka bakal nyajikan mangkuk sup ikan terakhirnya tanggal 28 September nanti.

“Rasanya kayak kalah perang. Udah kerja keras mati-matian, tapi akhirnya kita harus bilang cukup,” ujar Cedric Tang, generasi ketiga penerus Ka-Soh.

Dan bukan cuma Ka-Soh. Restoran keluarga kayak Burp Kitchen & Bar juga angkat bendera putih. Bahkan grup besar Prive nutup semua outlet-nya bulan lalu. Gila, bahkan restoran yang sempat masuk Michelin Guide pun ikut tumbang.

Sewa Naik Gila-gilaan

Salah satu biang keroknya: biaya sewa. Pemilik resto ngeluh karena sewa naiknya udah nggak ketulungan.

“Mayoritas tenant lapor kenaikan sewa 20 sampai hampir 50 persen. Situasi kayak gini udah lama nggak pernah terjadi,” kata Terence Yow dari kelompok SGTUFF, yang mewakili ribuan pemilik usaha.

Properti ruko sekarang jadi incaran investor, bikin harga makin melambung. Ditambah lagi, biaya renovasi naik 30 persen dan maintenance naik 10 persen.

“Banyak yang nuduh landlord rakus. Padahal realitanya, semua biaya lain juga ikut naik,” jelas Ethan Hsu, pakar real estat dari Knight Frank.

Tenaga Kerja Langka, Gaji Meledak

Selain sewa, masalah lain: tenaga kerja. Banyak resto susah cari koki atau staf. Yang punya duit gede langsung ngegaji dobel buat narik orang, sementara restoran kecil kayak Burp Kitchen cuma bisa bertahan sebentar.

“Kita udah coba naikin gaji dan potong jam kerja, tapi tetep nggak nutup. Ujung-ujungnya ya ambruk juga,” cerita Ronald Chye, pemilik Burp Kitchen.

Konsumen Berubah: Cari Makan Lewat Sosmed

Perilaku makan orang Singapura juga berubah. Menurut survei, 59% Gen Z nemuin resto baru lewat sosmed, bukan lagi dari rekomendasi mulut ke mulut. Jadi, kalau resto nggak eksis di Instagram atau TikTok, siap-siap dilupakan.

Kafe Marie’s Lapis Cafe di Bedok North ngerasain sendiri efeknya. Pemiliknya, Christopher Lim, bahkan sampai jual rumah dan cairin tabungan pensiun buat terus jalanin kafenya.

Untungnya, setelah belajar bikin konten dan main promosi online, bisnisnya naik 30–40%.

“Dulu kita kayak jalan di atas tali. Sekarang, setidaknya kita punya harapan baru,” kata Lim.

Harapan Buat yang Masih Bertahan

Nggak semua berita buruk. Ada resto kayak Keng Eng Kee Seafood yang mulai pakai software CRM dan sistem membership biar pelanggan betah balik lagi.

“Kita bisa tahu apa yang bikin pelanggan happy, bahkan preferensi staf biar mereka nggak gampang resign,” ujar Paul Liew, salah satu pemiliknya.

Selain itu, ada desakan biar aturan sewa dibuat lebih adil. Harapannya, pemilik usaha kecil nggak lagi kaget tiap kali kontrak diperpanjang.

“Kalau ada batas kenaikan sewa yang wajar, pelaku usaha bisa napas lega buat jangka panjang,” tegas Yow.

Singkatnya, dunia kuliner Singapura lagi masuk fase survival of the fittest. Yang kuat di digital, punya strategi cerdas, dan mampu adaptasi, masih bisa bertahan. Tapi buat resto legendaris yang kalah modal? Sedihnya, harus pamit satu per satu.

 

------

Info Viral Gabung di Channel WHATSAPP kami atau di Google News

Berlangganan Info Menarik Kami

Silahkan subscribe email anda! Jangan lewatkan, hanya artikel dan tips menarik yang akan kami kirimkan ke Anda

Latest

Cek Status, Jumlah Duit dan Jadwal Pencairan Bansos PKH September 2025

Lagi rame banget nih soal bansos PKH September 2025. Buat lo yang nungguin, jangan panik dulu. Soalnya pencairan ini...

More Articles Like This

Favorite Post