Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Selasa 10 Juni 2025.
Kalender Liturgi hari Selasa 10 Juni 2025 merupakan Hari Selasa Biasa, Santo Henrikus Balzano, Pengaku Iman, dengan Warna Liturgi Hijau.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Selasa 10 Juni 2025:
Bacaan Pertama 2Kor 1: 18-22
Pada Yesus bukanlah terdapat “ya” dan “tidak”melainkan hanya ada “ya”.
Saudara-saudara, demi Allah yang setia, janji kami kepada kalian bukanlah serentak “ya” dan “tidak”.Sebab Yesus Kristus, Anak Allah, yang telah kami beritakan di tengah-tengah kalian, yaitu oleh Silvanus, Timotius dan aku, bukanlah serentak “ya” dan “tidak;” di dalam Dia hanya ada “ya”.
Sebab Kristus adalah ‘ya’ bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan “Amin”untuk memuliakan Allah. Sebab Allahlah yang meneguhkan kami bersama kalian di dalam Kristus. Dia pulalah yang telah mengurapi kita serta memeteraikan tanda milik-Nya atas kita. Dialah yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm 119:129.130.131.132.133.135
Ref: Sinarilah hamba-Mu dengan wajah-Mu, ya Tuhan.
Peringatan-peringatan-Mu ajaib, itulah sebabnya jiwaku memegangnya.
Bila tersingkap, firman-Mu memberi terang,memberi pengertian kepada orang-orang bodoh.
Mulutku kungangakan dan megap-megap,sebab aku mendambakan perintah-perintah-Mu.
Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku,sebagaimana patutnya orang-orang yang mencintai nama-Mu.
Teguhkanlah langkahku oleh janji-Mu,dan janganlah segala kejahatan berkuasa atasku.
Sinarilah hamba-Mu dengan wajah-Mu, dan ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.
Bait Pengantar Injil Mat 5:16
Hendaknya cahayamu bersinar di depan orang,agar mereka melihat perbuatanmu yang baik, dan memuji Bapamu di surga.
Bacaan Injil Mat 5:13-16
Kalian ini cahaya dunia.
Dalam khotbah di bukit Yesus bersabda, “Kalian ini garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah dapat diasinkan? Tiada gunanya lagi selain dibuang dan diinjak orang. Kalian ini cahaya dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya cahayamu bersinar di depan orang, agar mereka melihat perbuatanmu yang baik, dan memuliakan Bapamu di surga.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Selasa 10 Juni 2025
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita diingatkan akan dua kebenaran yang luar biasa indah dan kuat: bahwa Allah kita adalah Allah yang setia pada janji-Nya, dan bahwa kita—ya, kita semua di sini—dipanggil untuk menjadi terang dan garam dunia.
Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, Santo Paulus menyampaikan sesuatu yang sangat dalam: bahwa di dalam Kristus, tidak ada “ya dan tidak”, tidak ada keraguan, tidak ada bolak-balik. Dalam Kristus hanya ada satu kata: “YA.” Itulah jawaban Allah bagi kita.
Bayangkan itu, saudara-saudari. Dalam dunia yang serba tidak pasti, di mana janji mudah diucapkan tapi sering dilupakan, di mana kepercayaan bisa dikhianati dan harapan sering dikecewakan, Allah justru datang kepada kita dan berkata: “Aku tidak berubah. Aku tidak tarik janji. Aku setia. Di dalam Anak-Ku, Yesus Kristus, semua janji-Ku diteguhkan.” Betapa besar kasih Allah bagi kita. Janji-Nya bukan sekadar kata, tapi sudah dikenapi dalam Yesus—dalam wafat dan kebangkitan-Nya. Maka kalau kita percaya kepada Kristus, kita punya dasar yang kokoh. Kita tidak berjalan dalam kabut, tapi dalam terang janji-Nya.
Lebih lagi, kita ini dimeteraikan, diurapi, dijadikan milik Allah sendiri. Roh Kudus-Nya sudah ditaruh dalam hati kita. Artinya: Allah sudah menaruh tanda di dalam kita, seperti seorang Bapa yang berkata: “Kamu milik-Ku. Aku tidak akan meninggalkanmu.” Maka, kalau kita merasa kecil, merasa gagal, merasa hidup kita tidak berarti, ingatlah: Allah sudah menaruh jaminan-Nya dalam diri kita. Kita ini berharga di mata-Nya.
Lalu Injil hari ini membawa kita pada tanggung jawab dari identitas kita itu. Yesus berkata: “Kalian adalah garam dunia. Kalian adalah cahaya dunia.” Itu bukan pujian. Itu panggilan. Garam itu tidak kelihatan, tapi membuat makanan jadi enak. Terang itu tidak bicara, tapi membuat orang bisa melihat.
Yesus tidak bilang, “Kamu bisa jadi garam kalau kamu sempurna.” Tidak. Dia berkata, “Kamu adalah garam.” Artinya, saat kita dibaptis, saat kita percaya, saat kita hidup bersama Kristus, kita memang sudah dikuduskan untuk membawa rasa, untuk membawa terang, untuk membawa kehidupan.
Tapi pertanyaannya adalah: Apakah kita hidup sebagai garam dan terang itu?
Apakah kita memberi rasa dalam hidup orang lain? Apakah kehadiran kita membuat orang merasa dikuatkan, diterima, dipahami? Ataukah justru kehadiran kita membawa hambar, bahkan pahit?
Apakah hidup kita menerangi orang lain? Atau justru kita lebih senang menyembunyikan iman kita karena takut dianggap sok suci?
Tuhan tidak memanggil kita untuk jadi lampu sorot, yang menyilaukan. Ia memanggil kita jadi pelita, yang menuntun dengan lembut. Jadi garam, yang memberi rasa diam-diam. Tapi justru di situlah nilai kita di hadapan Tuhan.
Maka, saudara-saudari, mari kita hayati lagi bahwa kita adalah milik Allah. Janji-Nya tidak berubah. Kita diselamatkan bukan karena kita hebat, tapi karena Dia berkata “YA” kepada kita. Dan karena kita sudah menerima “ya”-Nya Tuhan, sekarang saatnya kita berkata “ya” juga kepada panggilan hidup kita: menjadi saksi kasih, menjadi garam dan terang, menjadi tanda kehadiran Allah di tengah dunia.
Jangan takut. Kita tidak sendiri. Roh Kudus ada di dalam hati kita. Dan selama kita bersinar dalam perbuatan kasih, selama kita memberi rasa lewat kebaikan, pengampunan, kesetiaan, Tuhan dimuliakan lewat hidup kita.
Kiranya wajah-Nya terus menyinari kita, agar kita pun boleh menjadi cahaya bagi sesama.
Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, ajarilah aku setia seperti Engkau setia. Jadikanlah hidupku garam yang memberi rasa dan terang yang menuntun sesama. Kuatkan aku untuk berkata “ya” pada kehendak-Mu setiap hari, dalam kasih, kesederhanaan, dan kebaikan nyata. Amin.