Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Selasa 24 Juni 2025.
Kalender Liturgi hari Selasa 24 Juni 2025 merupakan HARI RAYA KELAHIRAN St. YOHANES PEMBAPTIS, dengan Warna Liturgi Putih.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Selasa 24 Juni 2025:
Bacaan Pertama Yes. 49:1-6
Dengarkanlah aku, hai pulau-pulau, perhatikanlah, hai bangsa-bangsa yang jauh! Tuhan telah memanggil aku sejak dari kandungan, telah menyebut namaku sejak dari perut ibuku.
Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku berlindung dalam naungan tangan-Nya. Ia telah membuat aku menjadi anak panah yang runcing, dan menyembunyikan aku dalam tabung panah-Nya.
Ia berfirman kepadaku, “Engkau adalah hamba-Ku, Israel , dan olehmu Aku akan menyatakan keagungan-Ku.”
Tetapi aku berkata, “Aku telah bersusah-susah dengan percuma, dan telah menghabiskan kekuatanku dengan sia-sia! Namun, hakku terjamin pada Tuhan, dan upahku pada Allahku.”
Tuhan telah membentuk aku sejak dari kandungan untuk menjadi hamba-Nya, untuk mengembalikan Yakub kepada-Nya; dan supaya Israel dikumpulkan kepada-Nya.
Maka aku dipermuliakan di mata Tuhan, dan Allah yang menjadi kekuatanku sekarang berfirman, “Terlalu sedikit bagimu untuk hanya menjadi hamba-Ku, hanya menegakkan suku-suku Yakub, dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara.
Maka Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa, supaya keselamatan yang daripada-Ku sampai ke ujung bumi.”
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm. 139:1-3,13-14ab,14c-15
Ref. Aku wartakan karya agung-Mu, Tuhan, karya agung-Mu karya keselamatan.
Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui apakah aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumiliki.
Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, Engkaulah yang menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena misteri kejadianku, ajaiblah apa yang Kauperbuat.
Jiwaku benar-benar menyadarinya, tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah.
Bacaan Kedua Kis. 13:22-26
Pada suatu hari Sabat, di rumah ibadat di Antiokhia Paulus berkata, “Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja umat-Nya.
Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku.
Dari keturunannyalah, sesuai dengan yang telah dijanjikan-Nya, Allah telah membangkitkan Juruselamat bagi orang Israel, yaitu Yesus.
Menjelang kedatangan Yesus itu, Yohanes telah menyerukan kepada seluruh bangsa Israel supaya mereka bertobat dan memberi diri dibaptis.
Dan ketika hampir selesai menunaikan tugasnya, Yohanes berkata: Aku bukanlah Dia yang kamu sangka; tetapi Dia akan datang kemudian daripada aku. Membuka kasut dari kaki-Nya pun aku tidak layak.
Hai saudara-saudara, baik yang keturunan Abraham, maupun yang takut akan Allah, kabar keselamatan itu sudah disampaikan kepada kita.”
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur Kepada Allah.
Bait Pengantar Injil Luk 1:76
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Engkau, hai anak-Ku, akan disebut nabi Allah yang Mahatinggi karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk menyiapkan jalan bagi-Nya.
Bacaan Injil Luk. 1:57-66,80
Pada suatu hari Sabat, di rumah ibadat di Antiokhia Paulus berkata, “Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja umat-Nya. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku.
Dari keturunannyalah, sesuai dengan yang telah dijanjikan-Nya, Allah telah membangkitkan Juruselamat bagi orang Israel, yaitu Yesus. Menjelang kedatangan Yesus itu, Yohanes telah menyerukan kepada seluruh bangsa Israel supaya mereka bertobat dan memberi diri dibaptis.
Dan ketika hampir selesai menunaikan tugasnya, Yohanes berkata: Aku bukanlah Dia yang kamu sangka; tetapi Dia akan datang kemudian daripada aku. Membuka kasut dari kaki-Nya pun aku tidak layak. Hai saudara-saudara, baik yang keturunan Abraham, maupun yang takut akan Allah, kabar keselamatan itu sudah disampaikan kepada kita.”
Pada waktu itu, genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika para tetangga serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepada Elisabet, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia.
Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu, dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya. Tetapi Elisabet ibunya, berkata, “Jangan, ia harus dinamai Yohanes.”
Kata mereka kepadanya, “Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian.” Lalu mereka memberi isyarat kepada Zakharia untuk bertanya nama apa yang hendak ia berikan kepada anaknya itu.
Zakharia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini, ”Namanya adalah Yohanes.” Dan mereka pun heran semuanya. Seketika itu juga terbukalah mulut Zakharia dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah.
Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya, dan berkata, “Menjadi apakah anak itu nanti?”
Sebab tangan Tuhan menyertai dia. Anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya. Ia kemudian tinggal di padang gurun sampai tiba harinya ia harus menampakkan diri kepada Israel.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Selasa 24 Juni 2025
Renungan Hari Raya Kelahiran St. Yohanes Pembaptis
Luk. 1:57-66,80 | Yes. 49:1-6 | Kis. 13:22-26
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita merayakan sesuatu yang sangat indah dan penuh harapan: kelahiran seorang anak yang dari sejak awal hidupnya, bahkan sejak dari kandungan ibunya, sudah dipilih oleh Tuhan untuk sebuah misi besar — Yohanes Pembaptis, sang perintis jalan bagi Sang Mesias.
Mari kita berhenti sejenak dan memikirkan ini: bahwa seorang anak, bahkan sebelum ia bisa menangis untuk pertama kalinya, telah diberi nama oleh Tuhan, telah diberikan tugas, telah dikenali dan dikasihi secara pribadi. “Tuhan telah memanggil aku sejak dari kandungan,” kata nabi Yesaya dalam bacaan pertama. Dan kisah Yohanes adalah cerminan nyata dari sabda itu. Ia dipanggil, dipersiapkan, dan dikuduskan — bukan untuk menjadi besar di mata dunia, tetapi untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa.
Saudara-saudari, seringkali dalam hidup kita bertanya-tanya: “Apa arti hidupku ini? Untuk apa aku ada? Apakah semua kerja keras ini akan sia-sia?” Yesaya pun pernah bertanya begitu: “Aku telah bersusah-susah dengan percuma.” Tapi lalu ia sadar — bukan hasil yang menentukannya, tetapi kepada siapa ia menyerahkan hidupnya. Hak dan upahku terjamin pada Allahku, katanya.
Dan begitulah juga hidup Yohanes. Ia tidak menjadi raja, tidak pula orang kaya. Ia tidak membangun rumah megah, tidak juga mendirikan kerajaan. Tapi hidupnya dipakai Allah — dan karena itu, hidupnya menjadi jalan keselamatan bagi banyak orang. Ia bukan terang itu sendiri, tapi ia menunjuk kepada Terang. Ia tahu tempatnya, tahu siapa dirinya — dan itu cukup. Ia tidak ingin menjadi yang utama, karena ia tahu, tugasnya adalah mempersiapkan, bukan menyelesaikan. Mungkin kita bisa belajar dari Yohanes untuk tidak selalu menjadi pusat, tapi menjadi jembatan bagi orang lain bertemu dengan Tuhan.
Di tengah dunia yang kadang keras, penuh tekanan, kompetisi, tuntutan untuk “berhasil” dan “terlihat hebat”, kelahiran Yohanes mengingatkan kita: nilai hidup kita bukan ditentukan oleh ukuran dunia, tetapi oleh tangan Tuhan yang menyertai. Dalam Injil dikatakan, “Tangan Tuhan menyertai dia.” Bukan karena ia sempurna, bukan karena ia kuat, tetapi karena ia taat.
Dan saat Elisabet bersikeras bahwa nama anaknya adalah Yohanes — sebuah nama yang tak dikenal dalam keluarga besar mereka — itu pun sebuah tindakan iman. Karena Yohanes berarti: Tuhan itu murah hati. Nama itu bukan sekadar identitas, tapi juga harapan, janji, dan panggilan.
Hari ini, mari kita bertanya pada diri sendiri: apakah kita percaya bahwa hidup kita pun bukan kebetulan? Bahwa sejak dari kandungan, kita pun sudah dikenal Tuhan? Bahwa dalam perjalanan hidup yang tidak selalu mudah ini, tangan Tuhan tetap menyertai?
Mungkin kita bukan Yohanes Pembaptis, tapi masing-masing kita diberi bagian. Entah sebagai orang tua yang setia, pelajar yang jujur, pekerja yang penuh kasih, atau sahabat yang mau mendengar. Kebaikan yang kecil pun, bila dijalani dengan cinta dan kesetiaan, akan dipakai Tuhan untuk menyentuh dunia.
Jadi, mari kita terus melangkah, dengan hati yang percaya. Meski jalan hidup kita kadang terasa sepi seperti Yohanes yang bertumbuh di padang gurun, yakinlah bahwa Tuhan sedang membentuk kita. Dan pada waktunya, seperti Yohanes, kita pun akan dipanggil untuk menampakkan diri — bukan supaya dilihat, tapi supaya kasih Allah terlihat melalui hidup kita.
Amin.
Doa Penutup
Tuhan, tuntun aku untuk setia pada panggilan-Mu, meski kecil dan tak terlihat. Jadikan hidupku jembatan kasih-Mu bagi sesama. Ajar aku rendah hati seperti Yohanes, percaya bahwa Engkau berkarya bahkan dalam hal-hal sederhana yang kulakukan setiap hari. Amin.