Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Sabtu 2 Agustus 2025.
Kalender Liturgi hari Sabtu 2 Agustus 2025 merupakan Hari Sabtu Pekan Biasa XVII, warna liturgi hijau.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Sabtu 2 Agustus 2025:
Bacaan I – Imamat 25:1.8-17
“Dalam tahun suci, semua hendaknya pulang ke tanah miliknya.”
Tuhan bersabda kepada Musa di Gunung Sinai, “Engkau harus menghitung tujuh tahun sabat, yakni tujuh kali tujuh tahun. Jadi tujuh tahun sabat itu sama dengan empat puluh sembilan tahun.
Lalu engkau harus membunyikan sangkakala di mana-mana dalam bulan ketujuh, pada tanggal sepuluh. Pada hari raya Pendamaian kalian harus memperdengarkan bunyi sangkakala itu di mana-mana di seluruh negerimu.
Kalian harus menguduskan tahun yang kelima puluh dan memaklumkan kebebasan bagi segenap penduduk negeri. Tahun yang kelima puluh itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, dan masing-masing kalian harus pulang ke tanah miliknya, dan kembali kepada kaumnya.
Tahun yang kelima puluh itu harus menjadi tahun Yobel bagimu. Janganlah kalian menabur, dan apa yang tumbuh sendiri dalam tahun itu jangan kalian tuai, dan pokok anggur yang tidak dirantingi jangan kalian petik buahnya.
Karena tahun itu tahun Yobel, maka haruslah menjadi kudus bagimu; hasil tahun itu yang hendak kalian makan harus diambil dari ladang. Dalam tahun Yobel itu semua harus pulang ke tanah miliknya.
Apabila kalian menjual sesuatu kepada sesamamu atau membeli dari padanya, janganlah kalian merugikan satu sama lain. Apabila engkau membeli dari sesamamu haruslah menurut jumlah tahun sesudah tahun Yobel.
Dan apabila ia menjual kepadamu haruslah menurut jumlah tahun panen. Makin besar jumlah tahun itu makin besarlah pembeliannya, makin kecil jumlah tahun itu, makin kecillah pembeliannya, karena jumlah panenlah yang dijualnya kepadamu.
Janganlah kalian merugikan satu sama lain, tetapi engkau harus takwa kepada Allahmu. Akulah Tuhan, Allahmu.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm. 67:2-3.5.7-8
Ref. Segala bangsa bertepuk tanganlah berpekiklah untuk Allah raja semesta.
- Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa.
- Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi.
- Tanah telah memberi hasilnya; Allah, Allah kita memberkati kita. Allah memberkati kita; kiranya segala ujung bumi takwa kepada-Nya!
Bait Pengantar Injil Matius 5:10
Ref. Alleluya.
Berbahagialah yang dikejar-kejar karena taat kepada Tuhan, sebab bagi merekalah Kerajaan Surga.
Bacaan Injil Matius 14:1-12
“Herodes menyuruh memenggal kepala Yohanes Pembaptis. Kemudian murid-murid Yohanes memberitahukan hal itu kepada Yesus.”
Sekali peristiwa sampailah berita tentang Yesus kepada Herodes, raja wilayah. Maka ia berkata kepada pegawai-pegawainya, “Inilah Yohanes Pembaptis. Ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya.”
Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggu dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus, saudaranya.
Sebab Yohanes pernah menegur Herodes, “Tidak halal engkau mengambil Herodias!” Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut kepada orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi.
Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah puteri Herodias di tengah-tengah mereka dan menyenangkan hati Herodes, sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya.
Maka setelah dihasut oleh ibunya, puteri itu berkata, “Berikanlah kepadaku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam.” Lalu sedihlah hati raja. Tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya, diperintahkannya juga untuk memberikannya.
Disuruhnya orang memenggal kepala Yohanes di penjara, dan membawanya di sebuah talam, lalu diberikan kepada puteri Herodias, dan puteri Herodias membawanya kepada ibunya.
Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil jenazah itu dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahu Yesus.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Sabtu 2 Agustus 2025
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Bayangkan sejenak: setelah bertahun-tahun bergumul, bekerja keras, mungkin ada luka, mungkin juga ada kesalahan, tibalah sebuah tahun yang disebut Yobel, tahun kelima puluh. Di tahun itu, semua orang kembali ke rumahnya, ke tanah warisannya, ke keluarganya. Semua utang dihapus, semua yang terlepas dipulihkan. Tahun itu bukan hanya tentang ekonomi. Ia tentang hati yang dipulihkan. Hubungan yang direkatkan kembali. Keutuhan yang dikembalikan oleh kemurahan Allah.
Tahun Yobel adalah tahun pembebasan. Dan bukan hanya pembebasan dari beban ekonomi, tapi dari tekanan batin, dari rasa bersalah, dari perasaan kehilangan arah. Tuhan tahu bahwa manusia mudah tersesat dalam rutinitas, dalam nafsu untuk memiliki, dalam ketakutan kehilangan. Maka Tuhan menyiapkan satu momen dalam sejarah umat-Nya: “Kembalilah. Pulanglah ke asal. Ingat siapa kamu. Ingat siapa Aku bagi kamu.”
Maka bukan tanpa alasan bacaan Injil hari ini membawa kita pada kisah tragis Yohanes Pembaptis. Seorang yang tidak mencari kekuasaan, tidak takut akan kebenaran, tetapi berani menegur dosa sekalipun pada raja. Ia tidak mundur ketika keadilan dan kebenaran harus ditegakkan. Dan justru di situ ia dibunuh. Oleh sebuah sistem yang tidak mau diingatkan, oleh hati yang keras, oleh sumpah yang dibentuk dari kebodohan dan keangkuhan.
Herodes tahu bahwa yang ia lakukan salah. Tapi ia tetap melakukannya demi menjaga gengsi. Demi mempertahankan citra. Dan bukankah kita pun kadang hidup seperti itu? Lebih takut dinilai orang daripada takut menyakiti Tuhan? Lebih memilih “menjaga muka” ketimbang menjaga nurani?
Maka dalam cahaya Tahun Yobel, kita diajak bertanya: apakah hati kita masih tahu jalan pulang? Apakah kita masih mengenal suara Allah yang memanggil kita kembali ke asal—asal sebagai anak Allah, asal sebagai orang yang tahu batas, tahu siapa yang harus ditaati?
Yohanes mati karena menyuarakan kebenaran, dan Yesus diam saat itu. Tetapi kemudian Yesus melanjutkan misi itu. Bukan dengan membalas dendam, melainkan dengan menyerahkan diri. Dengan menunjukkan bahwa kasih selalu lebih kuat dari kematian, bahwa terang tak pernah benar-benar kalah oleh gelap, dan bahwa suara kebenaran, meski bisa dibungkam sementara, akan tetap bergema dalam hati mereka yang mau mendengarkan.
Saudara-saudariku, tahun Yobel tidak hanya terjadi setiap lima puluh tahun. Ia bisa hadir hari ini. Saat kita memilih pulang kepada Tuhan. Saat kita berani berkata: cukup sudah menipu diri, cukup sudah membenarkan kesalahan, cukup sudah hidup dalam ketakutan. Mari kembali. Mari bebaskan diri dari dendam, dari iri hati, dari kebutuhan untuk selalu benar. Mari kita kembalikan apa yang bukan milik kita. Mari kita maafkan yang bersalah pada kita. Dan mari kita biarkan Tuhan menyembuhkan luka-luka kita.
Karena sesungguhnya, seperti yang dikatakan dalam Mazmur hari ini: “Tanah telah memberi hasilnya; Allah memberkati kita.”
Tanah hati kita akan berbuah jika kita kembali ke asalnya. Dan buahnya bukan hanya untuk kita, tapi untuk semua orang yang Tuhan tempatkan dalam hidup kita.
Amin.
Doa Penutup
Tuhan, ajarilah aku untuk berani pulang kepada-Mu, melepaskan dendam dan ego, memaafkan, serta hidup dalam kebenaran dan kasih. Berkatilah aku agar setia pada suara hati dan menjadi pembawa damai bagi sesamaku. Amin.