Tuesday, November 25, 2025

Bacaan Injil Katolik Hari Ini Senin 1 Desember 2025 Matius 8:5-11 dan Renungan Harian Katolik, Hari Senin Biasa Pekan I Adven

Must Read
Tolong Kasih Bintang Penilaian. Terima kasih.

Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.

Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.

Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.

Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Senin 1 Desember 2025.

Kalender Liturgi hari Senin 1 Desember 2025 merupakan Hari Senin Biasa Pekan I Adven, Peringatan Wajib Beato Dionisius dan Redemptus a Cruce Martir Indonesia, Santo Eligius Uskup dan Pengaku Iman, Santo Adrianus Dan Santa Natalia Martir, dengan Warna Liturgi Merah.

Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Senin 1 Desember 2025:

Bacaan Pertama – Yesaya 2:1-5

1 Firman yang dilihat Yesaya bin Amos mengenai Yehuda dan Yerusalem.

2 Dan pada hari-hari terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan didirikan tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana.

3 Dan banyak bangsa akan pergi, dan mereka akan berkata: “Mari kita mendekat dan naik ke gunung Tuhan, dan ke rumah Allah Yakub. Dan Dia akan mengajarkan kita jalan-jalan-Nya, dan kita akan berjalan di jalan-jalan-Nya.” Karena hukum Taurat akan keluar dari Sion, dan Firman Tuhan dari Yerusalem.

4 Ia akan menghakimi bangsa-bangsa, dan Ia akan menegur banyak suku bangsa. Mereka akan menempa pedang-pedang mereka menjadi mata bajak, dan tombak-tombak mereka menjadi sabit. Bangsa tidak akan mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan terus berlatih untuk berperang.

5 Hai kaum keturunan Yakub, marilah kita mendekat dan berjalan dalam terang Tuhan.

Mazmur Tanggapan – Mazmur 122:1-2, 3-4B, 4CD-5, 6-7, 8-9

R. Marilah kita pergi ke rumah Tuhan dengan sukacita.

1  Aku bersukacita karena apa yang dikatakan kepadaku: “Kita akan pergi ke rumah Tuhan!”.
2  Kaki kami berdiri di pelataranmu, hai Yerusalem
R. Marilah kita pergi dengan sukacita ke rumah Tuhan.

3  Yerusalem, yang dibangun sebagai kota yang kokoh,
4  ke sanalah suku-suku berdatangan, suku-suku TUHAN.
R. Marilah kita pergi ke rumah TUHAN dengan bersukacita.

4  Sesuai dengan ketetapan bagi Israel, untuk bersyukur kepada nama TUHAN.
5  Karena takhta mereka telah ditetapkan untuk penghakiman, takhta atas keluarga Daud.
R. Marilah kita pergi dengan bersukacita ke rumah TUHAN.

6  Berdoalah untuk kedamaian Yerusalem! Semoga orang-orang yang mengasihimu makmur!
7  Semoga kedamaian ada di dalam tembok-tembokmu, dan kemakmuran di dalam gedung-gedungmu.
R. Marilah kita pergi dengan sukacita ke rumah Tuhan.

8  Oleh karena saudara-saudaraku dan teman-temanku aku akan berkata, “Semoga damai sejahtera menyertaimu!”
9  Oleh karena rumah TUHAN, Allah kita, aku akan berdoa untuk kebaikanmu.
Marilah kita pergi ke rumah TUHAN dengan sukacita.

Haleluya – Mazmur 80:4

R. Haleluya, haleluya.
4  Datanglah dan selamatkan kami, Tuhan, Allah kami;
biarlah wajah-Mu bersinar atas kami, agar kami diselamatkan.
R. Haleluya, haleluya.

Bacaan Injil – Matius 8:5-11

5  Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira dan bertanya kepada-Nya,

6  sambil berkata: “Tuan, hambaku terbaring di rumah karena lumpuh dan sangat menderita.”

7  Jawab orang itu kepadanya: “Aku akan datang dan menyembuhkannya.”

8  Jawab perwira itu: “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku. Katakan saja sepatah kata, maka hambaku akan sembuh.

9  Karena aku juga seorang yang tunduk kepada pemerintah, dan para prajurit pun tunduk kepadaku. Dan aku berkata kepada yang seorang, ‘Pergilah,’ dan ia pun pergi; dan kepada yang lain, ‘Kemarilah,’ dan ia pun datang; dan kepada hambaku, ‘Lakukanlah ini,’ dan ia pun melakukannya.

10  Ketika Yesus mendengar hal itu, Ia merasa heran lalu berkata kepada orang-orang yang mengikuti-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada seorang pun di antara orang Israel yang Kutemukan iman sebesar ini.

11  Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan akan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga.”

Renungan Harian Katolik Senin 1 Desember 2025

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, Pada awal Masa Adven ini, ketika Gereja mengajak kita memasuki masa penantian yang penuh harapan, bacaan-bacaan hari ini membawa kita pada dua gambaran yang sangat kuat: sebuah visi besar tentang damai sejahtera dari Nabi Yesaya dan sebuah kisah kecil namun sangat manusiawi tentang iman seorang perwira dalam Injil. Dua gambaran ini, yang besar dan yang kecil, bertemu dalam satu pesan yang sama: Tuhan sedang datang, dan Ia ingin menemukan hati yang siap percaya, siap menyambut, siap berharap.

Yesaya hari ini berbicara tentang hari-hari terakhir, tentang gunung Tuhan yang menjulang tinggi, tentang bangsa-bangsa yang berduyun-duyun datang untuk belajar jalan Tuhan. Sebuah gambaran dunia yang akhirnya berhenti melukai dirinya sendiri. Pedang ditempa menjadi mata bajak, tombak menjadi sabit—alat perang diubah menjadi alat kehidupan. Kita bisa membayangkan dunia tanpa saling curiga, tanpa dendam, tanpa berita-berita yang membuat dada sesak. Sebuah dunia di mana manusia tidak lagi mengangkat senjata, atau kata-kata tajam, atau kemarahan tersembunyi, tetapi kembali belajar berjalan dalam terang Tuhan.

Namun, saudara-saudari, bukankah gambaran itu terasa jauh dari kenyataan kita? Kita hidup dalam dunia yang dipenuhi kekerasan, persaingan, dan kecemasan. Bahkan di dalam keluarga, di lingkungan kerja, di media sosial, terkadang kita menemukan lebih banyak “pedang” daripada “mata bajak”—lebih banyak kata-kata yang melukai daripada yang membangun, lebih banyak keinginan untuk menang sendiri daripada untuk bekerja sama. Yesaya seakan mengajak kita bertanya: Apakah aku sedang berjalan dalam terang Tuhan? Atau aku masih memegang pedang yang harusnya sudah kutempa menjadi mata bajak?

Lalu Injil hari ini membawa kita pada sosok seorang perwira Romawi—bukan orang Yahudi, bukan pengikut Yesus, bahkan seorang yang secara budaya dan politik berada “di luar”. Tetapi justru dari dialah Yesus menemukan iman yang paling tulus, paling jernih, paling mengejutkan. Perwira itu datang bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk hambanya. Ada kasih yang tulus di sana. Dan lebih dari itu, ia datang dengan kerendahan hati yang mendalam: “Tuan, aku tidak layak… Katakan saja sepatah kata…”

Kerendahan hati seperti inilah yang membuat Yesus terpukau. Iman yang tidak banyak bicara tetapi mengandalkan sepenuhnya kuasa Tuhan. Iman yang tidak menuntut Tuhan datang secara spektakuler, tetapi percaya bahwa satu kata dari-Nya cukup untuk menyembuhkan, memulihkan, dan menghidupkan.

Saudara-saudari terkasih, iman seperti apa yang dibawa perwira itu kepada Yesus? Bukan iman yang ribut, bukan iman yang mencari bukti, tetapi iman yang lahir dari sebuah kesadaran: Tuhan lebih besar dari apa pun yang dapat kuatur dalam hidupku. Ia percaya tanpa harus melihat, berharap tanpa harus menguasai, menyadari bahwa ia tidak layak tetapi tetap datang karena ia tahu Tuhan penuh belas kasih.

Di masa Adven ini, ketika kita menantikan kedatangan Tuhan, kita diajak untuk memeriksa kembali isi hati kita. Apakah kita lebih mirip dunia yang digambarkan Yesaya—yang sedang belajar menanggalkan pedang—atau kita masih memelihara amarah, menyimpan dendam, atau membiarkan kecemasan membuat kita sulit percaya? Dan apakah kita memiliki iman perwira itu, yang sederhana tetapi kuat, yang rendah hati tetapi penuh keyakinan?

Adven bukan hanya masa menunggu kelahiran Yesus di Betlehem. Adven adalah masa Tuhan mengetuk pintu hati kita setiap hari, bertanya: Apakah engkau siap untuk percaya? Siap untuk disembuhkan? Siap untuk berjalan dalam terang-Ku?

Kadang kita menanti mukjizat besar, padahal Tuhan sering bekerja melalui “sepatah kata” yang kecil: sapaan baik yang kita berikan kepada orang yang sedang terluka, pengampunan yang kita berikan meski hati masih perih, keberanian untuk memulai hari dengan doa meski sibuk luar biasa, atau keputusan sederhana untuk berhenti membalas kejahatan dengan kemarahan. Hal kecil, tetapi justru di sanalah iman bertumbuh.

Semoga hari ini kita belajar dari Yesaya untuk meninggalkan pedang-pedang kecil dalam hidup kita: kata-kata kasar, kebiasaan menghakimi, keinginan untuk menang sendiri. Dan semoga kita belajar dari perwira dalam Injil untuk mempercayakan hidup kita kepada Tuhan sepenuhnya, dengan kerendahan hati yang mengatakan: “Tuhan, aku tidak layak… tetapi katakan saja sepatah kata, dan aku akan sembuh.” Amin.

Doa Penutup

Tuhan Yesus, ajarilah aku berjalan dalam terang-Mu. Lembutkan hatiku agar mampu mengampuni, meninggalkan amarah, dan percaya pada kuasa sabda-Mu. Kuatkan imanku seperti perwira itu, supaya dalam hal kecil sehari-hari aku semakin setia kepada-Mu. Amin.

------

Info Viral Gabung di Channel WHATSAPP kami atau di Google News

Berlangganan Info Menarik Kami

Silahkan subscribe email anda! Jangan lewatkan, hanya artikel dan tips menarik yang akan kami kirimkan ke Anda

Latest

Kronologi Lengkap Irene Sokoy Ibu Hamil yang Ditolak 4 Rumah Sakit di Papua Sebelum Meninggal

Drama Tragis Ibu Hamil di Papua Ditolak 4 RS, Bikin Satu Indonesia Geram. Cerita ini bener-bener bikin dada sesek,...

More Articles Like This

Favorite Post