Di Aceh, dari warung kopi sampai grup WhatsApp politik, nama Muzakir Manaf hampir nggak pernah berdiri sendirian. Selalu ada satu kata yang nempel kayak lem kuat: “Mualem.” Banyak orang luar Aceh masih suka bingung, “Ini nama samaran? Gelar bangsawan? Atau panggilan sayang?”
Cowok bernama lengkap H. Muzakir Manaf, lahir di Seuneudon, Aceh Utara, 3 April 1964 ini, bukan sosok yang tumbuh dari jalur birokrasi kayak pejabat kebanyakan. Kariernya penuh plot twist:
- Eks Panglima Militer GAM setelah wafatnya Tgk Abdullah Syafi’i
- Jadi Ketua KPA setelah perjanjian damai tercapai
- Ikut mendirikan Partai Aceh
- Menjabat Wakil Gubernur Aceh (2012–2017)
- Lalu menang Pilkada 2024 dan resmi dilantik sebagai Gubernur Aceh periode 2025–2030
Kehidupannya itu ibarat perjalanan panjang dari hutan gerilya ke panggung politik nasional. Crazy but true.
🤔 Arti “Mualem”
Banyak yang ngira “Mualem” itu nama asli. Salah besar, bestie!
“Mualem” itu gelar kehormatan dalam budaya Aceh.
Maknanya bisa:
- Guru
- Ahli
- Pelatih
- Penunjuk jalan
Gelar ini nggak dikasih sembarangan. Biasanya disematkan ke orang yang dianggap punya ilmu, kemampuan mimpin, dan dihormati omongan serta tindakannya.
Jadi, kalau ada yang dipanggil “Mualem”, itu artinya orang tersebut sudah level respek tinggi di lingkungannya.
🎖️ Kok Muzakir Manaf Dapat Gelar Itu?
Ini bukan random. Ada sejarah panjangnya.
Pada era 1980-an, Mualem muda dikirim ke Libya buat ikut latihan militer di Camp Tajura. Bukan latihan biasa—ia bahkan pernah masuk tim pengawal elit Muammar Khadafi.
Begitu balik ke Aceh, skill-nya yang udah level internasional itu bikin dia jadi instruktur utama buat para kombatan GAM.
Dari situ, para pejuang mulai memanggilnya “Mualem” karena beliau literally jadi guru militer mereka.
Dan uniknya, panggilan itu nggak hilang seiring zaman. Dari masa perang, masa damai, sampai sekarang duduk di kantor gubernur—gelarnya tetap melekat dan makin kuat.
🏛️ “Mualem” Kini Jadi Branding Politik
Sekarang, nama itu bukan cuma panggilan akrab, tapi sudah jadi identitas politik.
Media lokal maupun nasional kalau nyebut beliau hampir pasti pakai format:
“Gubernur Aceh Muzakir Manaf yang akrab disapa Mualem.”
Artinya, julukan ini bukan cuma dikenal di Aceh, tapi sudah diakui secara nasional sebagai bagian dari persona politiknya. Semacam brand yang melekat kuat dan punya nilai historis sekaligus emosional.
“Mualem” itu bukan nama, bukan gelar bangsawan, tapi gelar kehormatan yang lahir dari proses panjang, perjuangan, dan kemampuan memimpin. Dari Libya sampai Aceh, dari pelatih tempur sampai pemimpin daerah — gelar ini adalah simbol kepercayaan dan penghormatan.
Kalau orang Aceh bilang “Mualem”, semua langsung tahu siapa yang dimaksud.
Dan itu bukan tanpa alasan.
